Tasikmalaya Kota Santri yang Berkembang

WWW.KANGHAJIIMAM.COM – Laporan dari Biro Pusat Statistik (BPS) provinsi Jawa Barat menunjukkan jumlah pesantren terbanyak di provinsi ini. Adalah Kabupaten Tasikmalaya yang terbanyak dengan 1.344 pesantren. Disusul Kabupaten Bogor sebanyak 1.093 pesantren dan Kabupaten Garut sebesar 1.055 pesantren.

Sehingga tidak heran jika Tasikmalaya disebut “Kota Santri” karena kota ini memiliki sejarah yang kaya dalam pengembangan pendidikan agama Islam dan tradisi keagamaan yang kuat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan Tasikmalaya dijuluki “Kota Santri” di antaranya pendidikan Islam yang berkembang.

Tasikmalaya telah lama menjadi pusat pendidikan Islam di Indonesia. Banyak pondok pesantren (sekolah Islam tradisional) terkemuka berada di sini, dan mereka telah berkontribusi signifikan dalam menghasilkan ulama-ulama terkenal. Pondok pesantren adalah tempat di mana santri (pelajar Islam) belajar tentang ajaran Islam, bahasa Arab, dan budaya Islam.

Tasikmalaya dikenal dengan aktivitas keagamaan yang kuat. Masyarakat di sini secara aktif mengikuti ajaran agama Islam dan menggelar berbagai acara keagamaan seperti pengajian, shalat berjamaah, dan kegiatan sosial yang berbasis agama.

Ada beberapa pesantren tertua di kabupaten ini. Misalnya Pesantren Riyadlul Ulum Wadda’wah adalah salah satu pesantren tertua. Bahkan dianggap yang tertua di Tasikmalaya, setidaknya yang bertahan hingga hari ini. Pesantren ini didirikan sekitar 1864 oleh K.H. Nawawi yang berasal dari kampung Sukaruas Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya.

Lalu ada Pesantren Cintawana yang berada di Desa Cikunten, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya disebut-sebut sebagai salah satu pesantren tertua di Tasikmalaya yang didirikan oleh KH Muhammad Toha pada 12 April 1917. Sebelumnya KH Muhammad Toha mendirikan pesantren di Ciawi, namun karena tekanan dari Belanda akhirnya berpindah ke TAsikmalaya.

Santri-satri dari Tasikmalaya juga telah berperan penting dalam sejarah perjuangan Indonesia untuk mencapai kemerdekaan dan dalam mempertahankan nilai-nilai Islam. Mereka sering terlibat dalam pergerakan nasional dan politik, serta memainkan peran penting dalam memelihara budaya dan tradisi Islam.

Pesantren di Tasikmalaya terus bangkit mengikuti zaman. Tidak hanya berkutat pada kehidupan di sekitar pesantren. Melainkan juga mengenal lebih jauh kehidupan masyarakat internasional. Tidak heran jika selain bahasa Indonesia dan bahasa Arab yang digunakan dalam komunikasi di internal pesantren, juga bahasa Inggris. Seperti yang dilakukan di Pesantren Al Furqon.

Pesantren di Tasikmalaya telah berkembang maju. Namun demikian ada dsar yang tetap dipegang teguh. Pesantren tetap menjadi pusat pendidikan agama Islam yang kuat. Mereka menyediakan lingkungan di mana santri (pelajar) dapat mempelajari Al-Quran, hadis, fiqh (hukum Islam), aqidah (teologi Islam), dan ilmu-ilmu agama lainnya. Pesantren juga memberikan pendidikan dalam bahasa Arab, sehingga santri dapat memahami dan memahami sumber-sumber Islam asli.

Di dalam pesantren selain pendidikan agama, pesantren juga berfokus pada pembentukan karakter dan moral. Santri diajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, disiplin, kesederhanaan, dan kepedulian sosial. Pendidikan karakter ini dianggap penting dalam membentuk individu yang berakhlak baik dan bertanggung jawab.

Beberapa pesantren bahkan aktif dalam penelitian Islam dan pengembangan ilmu pengetahuan. Mereka mendorong santri dan guru-guru mereka untuk terlibat dalam penelitian dan studi ilmiah untuk memperkaya pemahaman tentang Islam dan ilmu pengetahuan umum.

Termasuk pula melestarikan budaya Islam dan seni tradisional. Mereka sering mengadakan pertunjukan seni dan acara budaya yang mempromosikan warisan budaya Islam Indonesia, termasuk seni tari, musik, dan kaligrafi.

Peran pesantren di wilayah juha terlihat nyata. Banyak pesantren terlibat dalam kegiatan sosial dan ekonomi yang bertujuan untuk membantu pemberdayaan masyarakat lokal. Para santri memberikan pelatihan keterampilan, mengelola usaha kecil, dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Pesantren juga sering menjadi pusat aktivitas sosial dan keagamaan di komunitas mereka.(*)

Foto: pikiranrakyat.com

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*
*