Poros Selatan Jawa Barat

Perjalanan dari Bandung ke Cilacap membutuhkan waktu antara 6-7 jam melalui jalan nasional. Jaraknya 254 km. Situasi jalan ini kerap macet, juga naik-turun terutama di sekitar Nagreg dan Malangbong. Karena jalan lama, daya dukung jalan tidak bisa ditambah lebih berat lagi.

Sejak dibuka Tol Cisumdawu, ada alternatif transportasi dari Bandung ke kota perbatasan Jawa Barat – Jawa Tengah wilayah selatan tersebut. Hanya jarak tempu lebih jauh. Yaitu 302 km. Meski lebih jauh tapi waktu tempu kira-kira satu jam lebih cepat. Dan masih ada tambahan biaya tol.

Sehingga jalur selatan Jawa dari Jawa Barat relatif belum setara dengan jalur utara. Karena itu tidak heran jika beberapa kota dan kabupaten di kawasan selatan Jawa tidak sehiruk-pikuk kota-kota di pantai utara.

Inisiatif pemerintah pusat membangun tol Bandung ke Cilacap, atau tepatnya Gedebage-Cilacap alias tol Getaci jelas sangat membantu pergerakan wilayah selatan.

Ini adalah poros selatan yang dapat membantu mengatasi tantangan geografis. Tingkat kesulitan jalur tertinggi ada di antara  Bandung hingga Garut.  

Pekerjaan baru dimulai pada akhir 2023. Ada dua tahap. Tahap 1 Gedebage – Tasik sejauh 95,5 km. Tahap 2 Tasik – Cilacap sepanjang 111 km.

Bila tol ini jadi, Garut akan memperoleh dua akses keluar-masuk, yakni akses Garut Utara dan akses Garut Selatan. Sementara Tasikmalaya juga dua akses, yaitu Singaparna dan Tasikmalaya. Perjalanan Bandung-Garut-Tasik akan semakin cepat.

Poros Selatan ini akan menghubungkan daerah-daerah di pantai selatan, seperti Rancabuaya, Pameungpeuk, Cijeruk, hingga Cipatujuh, yang keempatnya daerah paling ujung di sepanjang Kabupaten Garut sampai Kabupaten Tasikmalaya.

Daerah selatan ini terpisahkan oleh barisan pegunungan Priangan yang membujur dari Kabupaten Bandung hingga Kabupaten Tasikmalaya. Dengan kondisi geografi seperti ini tidak ada jalan provinsi yang lebih ke selatan. Ada jalur yang pantai namun belum standar jalan provinsi. Mau tak mau aortanya berada di jalan utama biasa dan kelak tol Getaci.

Akses yang belum sebaik wilayah utara memberi dampak besar pada beberapa indikator. Di bidang pariwisata tingkat kedatangan wisatawan labih sedikit. Terpaut sangat jauh dengan kota-kota seperti Cirebon, Kuningan, Subang maupun Purwakarta.

Di bidang industri perikanan laut juga sama. Yang sedikit mampu mengimbangi adalah Kabupaten Sukabumi. Padahal pada tiga tahun silam nilai produksi beberapa komditas laut di Garut sebetulnya dapat disebut lumayan. Tongkol misalnya yang sempat menyentuh angka Rp 10,2 miliar setahun. Ikan Cakalang menurun drastis, padahal di tahun 2018 pernah mencapai nilai produksi Rp 15,4 miliar.

Keberadaan infrastruktur jalan tol dapat meningkatkan produksi dan pasar. Itu belum terhitung industri lain seperti perkebunan. Kopi umpamanya yang sumbangan dari Garut dan Tasik masuk empat besar wilayah di Jawa Barat. Sedangkan tanaman teh, Tasikmalaya adalah juaranya. Untuk produksi yang berasal dari perkebunan rakyat dalam setahun bisa lebih dari 13,2 ribu ton.

Poros selatan yang terintegrasi dengan poros utara akan menggairahkan bisnis dan ekonomi. Pelabuhan-pelabuhan yang selama ini ada di wilayah utara akan mudah dijangkau oleh komiditas yang berasal dari kota dan kabupaten di wilayah selatan.

Belum lagi kalau tol Cigatas (Cileunyi – Garut – Tasikmalaya) pun jadi. Maka alternatif akses keluar-masuk Garut dan Tasik dari wilayah utara akan semakin beragam. Ini juga poros selatan yang menjanjikan. (*)

Salam Solidaritas

Imam Fatoni Effendi

Foto: detik.com

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*
*