Petani Milenial (bagian 2)

Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga, ungkapan ini sudah kuno sekali. Sudah tidak cocok dengan kehidupan sekarang. Itu kalau Anda diberi umur panjang. Kalau sebaliknya? Kapan Anda bisa kaya raya, dan belum tentu masuk surga.

Mengapa tak saat muda saja kaya-raya. Saat tua, kaya raya itu tentu masih melekat. Malah kalau Anda mau pensiun dini, merasa sudah cukup melakukan bayak hal, tua tinggal banyak doa.

Ingin kaya di waktu muda kuncinya cuma satu. Kerja keras. Tidak ada jalan lain. Soal kesempatan bekerja keras tinggal menjadi pilihan. Mengambil cara bekerja pada lembaga tertentu atau bekerja secara swadaya alias wirausaha.

Yang kedua ini agaknya banyak jadi pilihan kaum generasi milenial dan generasi Z. Ada empat faktor yang membuat generasi ini menyukai berbisnis sendiri, antara lain lebih bebas membagi waktu, dapat membuat regulasi sendiri, menyukai tantangan baru dan lebih memungkinkan untuk berkreativitas sendiri.

Petani milenial yang digalakkan oleh Pemprov Jabar adalah program aktualisasi dari keingian tersebut. Menjadi petani milenial berarti menerapkan praktik pertanian modern sekaligus mengatasi tantangan dan peluang abad ke-21.

Lantas apa yang dibutuhkan untuk menjadi petani milenial?

Pendidikan dan Penelitian

Mulailah dengan mendidik diri sendiri tentang teknik pertanian modern, rotasi tanaman, pengelolaan ternak, dan pertanian berkelanjutan. Menghadiri lokakarya, seminar, dan kursus pertanian. Membaca buku, jurnal, dan sumber online yang berkaitan dengan pertanian.

Pilih Kekhasan Pertanian Anda

Putuskan jenis pertanian apa yang ingin Anda lakukan: pertanian tanaman pangan, peternakan, akuakultur, pertanian organik, atau kombinasi keduanya. Pertimbangkan minat Anda, iklim lokal, dan permintaan pasar saat memilih ceruk pasar Anda.

Rencana Bisnis

Untuk membuat rencana bisnis terperinci yang menguraikan tujuan, anggaran, dan garis waktu Anda.  Sertakan riset pasar untuk memahami permintaan produk Anda.

Pembebasan Lahan

Dapatkan lahan yang cocok untuk usaha pertanian Anda. Pastikan lahan memiliki akses terhadap air, kualitas tanah yang baik, dan cocok untuk jenis pertanian pilihan Anda.

Jaringan

Terhubung dengan petani lain, baik online maupun lokal, untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Bergabunglah dengan asosiasi pertanian dan hadiri acara pertanian dan pameran dagang.

Beradaptasi dengan Teknologi

Memanfaatkan teknologi untuk pengambilan keputusan berdasarkan data. Menggunakan aplikasi dan perangkat lunak untuk prakiraan cuaca, pengelolaan tanaman, dan analisis pasar.

Pasarkan Produk Anda

Jangan hany amenjual dan mengandalkan pada tengkulak. Coba menyusun strategi pemasaran untuk menjangkau konsumen. Pertimbangkan untuk membuat situs web atau menggunakan media sosial untuk mempromosikan pertanian dan produk Anda.

Konservasi dan Diversifikasi

Menerapkan praktik konservasi seperti rotasi tanaman dan pertanian tanpa olah tanah. Jelajahi pilihan energi terbarukan untuk pertanian Anda, seperti panel surya atau turbin angin. Pertimbangkan untuk mendiversifikasi pendapatan Anda dengan menawarkan aktivitas agrowisata seperti tur pertanian, lokakarya, atau mengadakan acara di pertanian Anda.

Jadi bekerja menjadi petani milenial tidak hanya berkutat pada mengurusi produksi (pembibitan, penyemaian, penanaman, pemupukan hingga pemanenan). Ada aspek lain yang patut diperhitungkan. Dan semua yang dilakukan pada prinsipnya adalah pekerjaan menjadi seorang wirausaha. Pebisnis. (*)

Salam Solidaritas!

Imam Fatoni Effendi

Foto: demfarm   

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*
*