Penting Turunkan Stunting

Faktor paling menghambat kemajuan sebuah bangsa ternyata adalah kualitas manusia. Manusia adalah sumber daya utama yang menggerakkan laju seluruh sektor. Itulah makanya Korea Selatan belajar banyak kepada negara tetangganya, Jepang tentang penguasaaan teknologi.

Korsel dari nagara bukan apa-apa dengan sumber daya alam yang tidak seberapa berubah menjadi raksasa teknologi. Orang-orang Korea Selatan juga mengadopsi cara orang Jepang menglobalkan budaya mereka agar dikenal oleh bangsa lain.

Hasilnya K-Pop melampaui keberhasilan yang pernah dicapai J-Pop dalam internasionalisasi pop culture. Bahkan secara ekonomi dan usia popularitiasnya lebih panjang.

Manusia Korea Selatan memiliki energi. Sehingga ada kekuatan untuk mencapai batas-batasnya. Anak-anak Korea Selatan dididik lebih tangguh dan kelak harus ikut wajib militer.

Padahal negeri yang bukan lagi berkembang ini masih menyisakan prevalensi stunting. Tetapi sudah di bawah standar batas yang disarankan oleh WHO, di bawah 20 persen. Korea Selatan sudah 3 persen. Ketika terjadi Perang Korea pada tahun 1950 prevalensi stunting sangat tinggi. Tetapi perang terhadap stunting dalam kurun 30-40 tahun mampu menghasilkan anak-anak sehat.

Indonesia masih di angka 22 persen. Jika ditarik lebih rinci ke kabupaten dan kota, makin terlihat jelas. Di Jawa Barat prevalensi stunting sedikit lagi sampai di angka yang diminta WHO. Jabar masih 20,3 persen.

Tetapi dari 27 kota dan kabupaten, baru 16 yang sudah sama dengan atau di bawah 20 persen. Di Kota Tasik masih 22,4 persen, lalu di Kabupaten Garut 23,6 persen, dan di Kabupaten Tasikmalaya 27,2 persen. Ini data tahun 2022.

Ini pekerjaan rumah prioritas untuk kesehatan ibu dan anak. Padahal Pemprov Jabar menargetkan tahun 2024 turun sampai 14 persen. Target tahun 2023 diharapkan turun 21,6 persen. Sementara tahun 2019 27,6 persen.

Kalau melihat rata-rata penurunan yang terjadi sejak 2019 hingga 2023 bukan tidak mungkian 14 persen tercapai. Namun itu rata-rata provinsi.

Di Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasik mesti ada treatment lebih kuat agar prevalensinya minimal berbeda 1-2 persen dari rata-rata provinsi. Kalau masih menggunakan pola dan cara yang sama, niscaya Kabupaten Tasikmalaya yang kemungkinan masih di atas 20 persen.

Stunting adalah masalah kesehatan serius yang terjadi pada anak-anak ketika pertumbuhan mereka terhambat karena kurangnya gizi yang cukup, terutama pada masa pertumbuhan awal mereka. Mengatasi stunting melibatkan berbagai pendekatan yang mencakup aspek gizi, kesehatan, sanitasi, pendidikan, dan sosial.

Kita harus memiliki data yang akurat pada obyek stunting lengkap beserta pertumbuhannya. Hal itu dapat dilakukan lewat koordinasi dan pemanfaatkan sistem informasi dari puskesmas ke Dinas Kesehatan.

Validitas data adalah modal utama membuat peta sebaran, menentukan strategi dan kebijakan nyata khususnya kepada target.

Kita sudah memiliki petunjuk teknis dan cara penanggulangan. Bahkan telah menjadi SOP yang diterapkan secara nasional. Misalnya memastikan anak-anak memperoleh makanan yang kaya akan nutrisi seperti protein, vitamin, mineral, dan serat. Ibu-ibu dengan anak balita maupun batita yang baru melahirkan dipastikan sehat dan memproduksi ASI yang minimal selama enam bulan pasca kelahiran bayi.

Pemerintah daerah mesti menyiapkan anggaran yang cukup untuk menyiapkan kebutuhan asupan gizi kepada ibu dan anak. Khususnya bagi warga tidak berkecukupan. Sepatutnya ada intervensi berupa program bantuan sosial untuk keluarga yang kurang mampu, seperti program bantuan gizi dan subsidi makanan.

Tidak hanya kebutuhan akan makanan. Lingkungan tempat tinggal masyarakat juga berpengaruh pada pertumbuhan anak-anak. Akses yang memadai terhadap air bersih dan sanitasi yang layak untuk mencegah infeksi yang dapat menghambat pertumbuhan anak-anak.

Anak-anak adalah penerus generasi. Tidak bisa generasi hari ini membiarkan mereka secara kualitas (baik fisik, psikis maupun moral) kalah dengan anak-anak bangsa lain kelak kemudian. Anak-anak harus mendapatkan perawatan kesehatan yang berkualitas, termasuk imunisasi dan pemeriksaan rutin. Pun mengidentifikasi masalah kesehatan yang mungkin memengaruhi pertumbuhan anak, seperti infeksi kronis atau penyakit parasit.(*)

Salam Solidaritas!

Imam Fatoni Effendi

Foto: kominfo

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*
*