Merunut Tukang Cukur Asli Garut

WWW.KANGHAJIIMAM.COM – Di Jakarta yang multibudaya secara sadar memunculkan stigma kedaerahan pada profesi. Misalnya penjahit dari Padang dan tukang cukur dari Garut. Ihwal tukang cukur asal Garut tidak lepas dari proses sejarah.

Ali Rahman, salah satu sesepuh Persaudaraan Pangkas Rambut Garut (PPRG), mengisahkan mulanya menjadi juru cukur. Adalah sang kakek buyut pemulanya. Kakek bernama Idi dulunya berprofesi sebagai tukang cukur untuk orang-orang Belanda di Garut dan sekitarnya.

Pekerjaan ini menjadi eksklusif kala itu, karena hanya orang Belandalah yang mengenal cukur rambut. Karena itu tentu pula keahlian ini membutuhkan kemampuan mengikuti gaya rambut.

Keahlian Idi tersebut kemudian diturunkan kepada anak-cucu. Keahlian tukang cukur awalnya hanya dimiliki keluarga itu turun-temurun. “Tapi karena anggota keluarga semakin banyak dan tersebar di berbagai daerah di sekitar Garut, keahlian itu akhirnya menyebar,” kata Ali.

Akibatnya profesi ini berkembang hingga di era menjelang kemerdekaan. Namun situasi politik dan keamanan ketika itu merusak berbagai sendir kehidupan. Termasuk pekerjaan tukang cukur.

Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Garut, Jawa Barat, menyebabkan banyak warga Garut mengungsi ke berbagai daerah untuk menyelamatkan diri. Namun tidak mudah hidup di kota lain yang mereka tak memiliki tanah.

Agar bisa bertahan hidup, warga pengungsian asal Garut tersebut memilih tukang cukur sebagai pekerjaan utamanya. Karena kesuksesannya, banyak anak muda Garut yang akhirnya menggeluti usaha jasa cukur rambut. Sehingga saat ini mudah ditemui banyak tukang cukur rambut asal Garut di berbagai wilayah di Indonesia.

Kisah tersebut dapat dicek di  catatan Achmad San dalam buku “Lebih Dekat Kumelihat Indonesia” (2019), tukang cukur menjadi profesi pilihan utama bagi warga Garut untuk bertahan hidup, setelah mengungsi dari peristiwa pemberontakan dan konflik di wilayah mereka.

Sebaran itu sekaligus menunjukkan kekaguman warga lokal terhadap kemampuan warga Garut. Seakan-akan DNA “tukang cukur” ada pada mereka.

Namun tentu tidak hanya eksklusif profesi orang Garut, masyarakat lain pun juga bisa menjadi tukang cukur. Bahkan untuk membedakan barbershop milik orang Garut dengan lainnya digunakan istilah “Asli Garut”, sehingga seolah-olah lebih resmi.

Jumlah tukang cukur asli Garut di Jakarta ada ribuan. Ketika pandemi Covid-19 sebanyak lebih dari 1.000 tukang cukur yang ada di Jakarta terpaksa pulang kampung.

Sementara honor atau gaji seorang tukang cukur di Jakarta bervariasi. Mulai dari Rp 2,5 juta sampai Rp 9 juta per bulan. Entah kenapa jika ada pelamar ingin menjadi tukang cukur di sebuah barbershop atau salon biasanya ditanya, “Apakah Anda orang Garut?”. (*)

Foto: kompas.com

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*
*