Memoles Kembali Mutiara Kota Tasik

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Meskipun usia pemerintahannya secara resmi didirikan pada 22 tahun  tapi wilayah Kota Tasikmalaya sebenarnya sudah sejak lama. Status pemerintahannya dimulai dari kota administratif pada 1976.

Dalam beberapa catatan Tasik kota cukup menggembirakan. Bahkan performanya  berupa “angka-angka” yang cukup baik di kawasan Jawa Barat.

Salah satu indikator performa tersebut adalah akses rumah tangga ke air bersih. Rupanya belum 100 persen kota dan kabupaten di Jabar yang mudah mendapatkan air bersih. Jabar saja baru 91,83 persen. Tetapi Kota Tasik sudah di atasnya, yakni 97,21 persen. Tinggal sedikit lagi setara Kota Cirebon, satu-satunya yang telah 100 persen.

Status kepemilikan rumah berupa rumah pribadi juga cukup tinggi. Mencapai 71,13 persen. Sisanya berstatus mengontrak dan rumah dinas. Data ini menunjukkan hak terhadap tempat tinggal di Tasik jelas.

Dari rumah-rumah tersebut yang berukuran lantai antara 50-99 meter persegi adalah terbanyak, sebesar 41 persen. Yang 100-149 meter persegi ada 17,43 persen. Kedua kelas tersebut menunjukkan bahwa keluarga kelas menengah di Tasik adalah dominan.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai ukuran untuk melihat akses masyarakat kepada hasil pembangunan seperti pendidikan, kesehatan, dll. Di mana mencakup tiga dimensi yakni umur yang panjang (termasuk hidup sehat), pengetahuan (faktor pendidikan) dan standar hidup layak berada di atas rata-rata provinsi. Jadi pendek kata IPM Tasik boleh dibilang baik.

Dengan fakta tersebut, apakah kemudian urusan menjadi sebuah kota mandiri dan berdikari selesai?

Tentu saja tidak. Tasik memiliki jumlah penduduk lebih dari 720 ribu jiwa. Jika indikator paling nyata sebuah kota adalah tingkat kemiskinan, maka di sinilah pekerjaan rumah pertama itu datang.

Dari sembilan kota di Jawa Barat, persentase tingkat kemiskinan Tasik terbesar. Angkanya 12,72 persen. Atau jika ditotal bersama kabupaten lainnya nomor dua setelah Kuningan.

Membebaskan Tasik dari kemiskinan memerlukan komitmen kuat dan keinginan politik. Kemiskinan harus dilawan lewat dua sisi. Sisi pemangku jabatan dengan menciptakan lapangan pekerjaan, menaikkan aktivitas ekonomi, dan meningkatkan daya beli. Dan, dari sisi masyarakat berupa kesadaran untuk bangkit dan mulai bekerja serta melawan kemalasan.

Pendapatan daerah dapat ditingkatkan dengan menciptakan lebih banyak peluang dan potensi. Malah sedikit lebih baik dibandingkan Kota Cirebon yang berada di garis geografis strategis.

Pendapatannya pernah mencapai Rp 1,9 triliun saat sebelum Covid-19. Dan satu-satunya wilayah kota di Jabar yang mengalami kenaikan kala itu.

Jadi artinya Kota Tasik sebenarnya pernah mencapai prestasi bagus. Kalau kita masih sepakat menyebut “Tasik sebagai Kota Mutiara”, maka sekarang dan selanjutnya, kita berama-sama menyingsingkan lengan baju, bererak, bekerja mengasah kembali mutiara yang sempat pudar itu. (*)

Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam Solidaritas

Imam Fatoni

Foto: detik.com, pemkot Tasik

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*
*