Al Furqon Potret Pesantrean Masa Depan  

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pertengahan September yang masih kemarau dan kering kerontang, saya menuju Kota Tasikmalaya. Wilayah yang dulu merupakan kota administratif pemekaran dari Kabupaten Tasikmalaya. Meski kemarau tetapi Tasik masih menyisakan udara segar. Kota ini sepertinya memang ditakdirkan sebagai tempat beristirahat.

Bolehlah berencana menghabiskan usia pasca pensiun di Kota atau Kabupaten Tasikmalaya. Hawa segar, persawahan membentang, biaya hidup yang relatif terjangkau ditambah masyarakat yang ramah dan akrab, sudah cukup jadi indikator kota peristirahatan.

Sore menjelang petang saya mampir ke Pondok Pesantren Al Furqon. Di tengah kota Tasik tepatnya di Jalan Raya Barat. Disambut oleh beberapa pengurus pesantren yang sangat ramah.

Keakraban itu membuat hati saya luruh. Sepertinya begitulah adat dan adab di pesantren yang telah berdiri sejak 1992 itu. Dalam hal menerima tamu saja mereka sangat terbuka, sopan dan “mengorangkan” si tamu. Bila mukadimah seperti ini dengan “SOP” yang ramah itu maka bisa dipastikan ada budaya sopan santun yang diberlakukan di sini.

Sepintas pandang fasilitas pesantren ini jika dikomparasi sudah seperti sekolah-sekolah swasta keren di Jabodetabek. Gedung yang berarsitektur islami, halaman yang luas berpaduan antara lapangan maupun taman, juga spot-spot lain yang bisa dikatakan modern dalam hal pemikiran. Hal itu sangat terasa. Pemikiran modern biasanya membuahkan keterbukaan dan kesetaraan. Bentuknya dapat dilihat dalam beberapa fasilitas.

Walaupun di sisi lain, ada sarana yang memang tak bisa dibenturkan dengan modernisitas. Misalnya asrama dan kamar mandi. Pria dan wanita harus berbeda wilayah. Tidak hanya karena agama dan norma mengatakan demikian. Tapi juga ada perspektif hukum dan budaya yang memang harus memisahkan.

Al Furqon dicita-citakan sebagai rumah pendidikan untuk mencetak manusia unggul. Bukan hanya jago secara agamis, yang memang tidak perlu diragukan secara fundamental. Tapi juga mencetak  manusia global yang  kelak berada di tengah hiruk pikuk dunia dalam era globalisasi. Wujudnya nyata berupa bahasa komunikasi di internal yakni; Indonesia, Arab dan Inggris.

Para santri Tsanawiyah dan Aliyah dibina dan dididik dengan panduan panca jiwa. Lima nilai yang jadi nafas kehidupan Pesantren Al Furqon. Yakni keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, persaudaraan (Ukhuwwah Islamiyah) dan kebebasan dalam berpikir dan berbuat.

Bentuk aktivitasnya tak melulu belajar di kelas dengan ilmu-ilmu umum maupun akidah. Tapi juga olahraga, melek teknologi, kegiatan hobi dan pengembangannya, kompetisi juga kewirausahaan. Paket lengkap.

Dari sisi cinta tanah air dan bela negara ada Hizbul Wathan. Wujudnya berupa kegiatan kepanduan atau pramuka dan paskibra. Sesekali anggotanya belajar dan berlatih di alam bebas. Pada akhirnya Al Furqon adalah kawah candradimuka guna melahirkan manusia yang berilmu dan beramal.  

Di Kota Tasikmalaya jumlah pesantren sebanyak 243 buah. Di Kabupaten Garut ada 1.055 pesantren. Terbanyak di Kabupaten Tasikmalaya sejumlah 1.344 pesantren. Karenanya tidak heran kalau Kabupaten Tasikmalaya memperoleh sebutan kota santri.

Jadi total terdapat 2.642 pesantren di tiga wilayah ini. Al Furqon adalah model pesantren modern yang setiap sisinya dapat diadopsi untuk mengembangkan kualitas pesantren masa depan.

Pesantren bersatu, belajar bersama, membagikan keilmuannya sebagai amal. Suatu hari nanti pesantren satu-persatu menjadi juara. (*)

Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam Solidaritas

Imam Fatoni

Foto: Al Furqon

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*
*